Rabu, 19 Oktober 2011

BAB III ILMU SOSIAL DASAR INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

BAB III
ILMU SOSIAL DASAR
INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

A.     STUDI KASUS
Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Kekerasan terhadap perempuan menjadi isu yang paling up to date saat ini. Jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sangat memprihatinkan kita. Berita tentang kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan seakan tidak pernah usai menyisakan agenda permasalahan yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Kekerasan terhadap perempuan tidak terlepas dari adanya ketimpangan hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bukanlah persoalan domestik (privat) yang tidak boleh diketahui orang lain. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk deskriminasi yang harus dihapuskan. Hal tersebut dikarenakan perempuan mempunyai hak yang sama untuk bebas dan menentukan keinginannya dalam kehidupan yang sesuai dengan norma.
 (Sumber: Digital Library IAIN Sunan Ampel)


B.     PENGERTIAN KELUARGA
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
C.    PENGERTIAN MASYARAKAT
Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti; sekolah, keluarga, perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat. Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan.Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota-anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angota nya.

  • opini          : menurut opini saya adalah seharusnya kekerasan rumah tangga ini tidak terjadi di kehidupan berkeluarga.Kekerasan rumah tangga ini juga termasuk ke dalam pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap manusia yang harus di hapuskan.

BAB II ILMU SOSIAL DASAR PENDUDUK, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN

BAB II
ILMU SOSIAL DASAR
PENDUDUK, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN
BAB II
ILMU SOSIAL DASAR
PENDUDUK, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN

A.     STUDI KASUS
Masalah Kepadatan Penduduk dan Masalah kota Menghadang
Laju pertambahan penduduk Kota Bekasi, menurut Sensus Penduduk 2000, mencapai 3,49 persen. Pertambahan penduduk Kota Bekasi lebih besar disebabkan migrasi. Penyebab tingginya migrasi tidak lain adalah berkembangnya Kota Bekasi menjadi pusat ekonomi dan pusat bisnis.
”Ini disebabkan letak Kota Bekasi yang berada di jalur ekonomi yang dinamis, yakni antara Jakarta dan Jawa Barat,” kata pengamat dari Universitas Islam 45 Bekasi, Harun Al Rasyid. ”Kota Bekasi berkembang pesat karena terimbas perkembangan Jakarta yang sudah mencapai titik jenuh,” ujar Harun.
Di pihak lain, tingginya laju pertambahan penduduk Kota Bekasi menimbulkan beragam persoalan bagi Kota Bekasi. Mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, sampai transportasi, pendidikan dan kesehatan, serta interaksi sosial masyarakat.
Sampai akhir 2007, jumlah keluarga prasejahtera di Kota Bekasi tercatat sebanyak 20.448 keluarga, atau bertambah 1.700 keluarga dibandingkan dengan tahun 2006.
Begitu pula persoalan pengangguran. Hingga tahun 2006 masih terdapat 187.944 orang di Kota Bekasi yang menganggur dan sebanyak 43.742 orang lainnya sedang mencari kerja.
Persoalan juga tampak pada maraknya kasus kriminalitas di wilayah Kota Bekasi. Sosiolog dari Universitas Islam 45 Bekasi, Andi Sopandi, mengatakan, Kota Bekasi mendapat sorotan kurang menguntungkan akibat tingginya kasus kejahatan yang terjadi di wilayah ini. ”Terutama kasus narkotika,” kata Andi. ”Hampir 90 persen penghuni LP Bekasi akibat kasus narkotika,” ujarnya.
Dari catatan Kompas, sampai Oktober 2008 terdapat 3.213 kasus kriminalitas, termasuk kecelakaan dan pengaduan masyarakat, yang ditangani jajaran Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi. Padahal, selama 2007, jumlah kasus kriminalitas yang ditangani Polres Metro Bekasi ”hanya” sebanyak 3.183 kasus.
Problem lain adalah penyediaan sarana dan prasarana transportasi. Pemerintah Kota Bekasi hingga sekarang masih berkutat dengan persoalan jalan berlubang atau jalan rusak. Kerusakan di ruas Jalan Pekayon-Jatiasih-Pondok Gede sudah bertahun-tahun belum tuntas ditangani.
Hal lain yang juga menjadi persoalan kota adalah penggunaan lahan. Dari sekitar 21.409 hektar luas wilayah Kota Bekasi, sebanyak 62 persennya sudah dibangun menjadi kawasan niaga dan kawasan permukiman. Sementara lahan yang tersisa sebagai ruang terbuka hijau hanya sekitar 14 persen.

 (Sumber: Kompas Cyber Media)
A.    PENGERTIAN ANGKA KELAHIRAN
Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1000 perempuan pada kelompok umur tertentu antara 15-49 tahun.
ASFR merupakan indikator kelahiran yang memperhitungkan perbedaan fertilitas dari perempuan yang terpapar untuk melahirkan yaitu perempuan usia subur dengan memperhatikan karakteristik kelompok umurnya. Secara alamiah potensi (fekunditas) perempuan untuk melahirkan berbeda menurut umur, dan menjadi steril setelah menopause atau usia 49 tahun. Secara sosial ada kecenderungan bahwa saat ini perempuan ingin membatasi jumlah anak setelah umur 35 tahun. Pengetahuan mengenai ASFR akan berguna untuk pelaksanaan program KB dan peningkatan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak.
Indikator ASFR merupakan data dasar untuk mengembangkan proyeksi penduduk, untuk mengetahui jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin dimasa yang akan datang. Hasil proyeksi penduduk merupakan basis data untuk perencanaan pembangunan manusia di tahun-tahun mendatang.





B.     DINAMIKA PENDUDUK
Dinamika penduduk adalah Perubahan keadaan penduduk. Faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk menyababkan jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan. Dinamika atau perubahan penduduk cenderung kepada perkembangan jumlah penduduk suatu daerah atau Negara. Jumlah penduduk suatu negara dapat diketahui melalui sensus, registrasi dan survei penduduk. Sensus pertama dilaksanakan pada tahun 1930 oleh pemerintah Hindia Belanda. Sedangkan sensus yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia di mulai pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990,2000 dan yang terakhir 2010.
Jumlah penduduk Indonesia menempati urutan pertama dalam kelompok negara ASEAN, Kepadatan penduduk Indonesia berada pada urutan ke-5, yaitu 114 jiwa per km2, Singapura memiliki kepadatan penduduk paling tinggi dan Brunei Darussalam memiliki kepadatan penduduk terendah. Pada tahun 2005, laju perumbuhan penduduk Indonesia menempati urutan ke-6 (1,45% per tahun), setelah Laos (2,3% per tahun) Filipina (2,0% per tahun) Malaysia (1,80% per tahun), Brunei Darussalam (1,9% per tahun), Kamboja (1,8% per tahun) serta Singapura dan Thailand (0,8% per tahun).
Di negara-negara ASEAN, beberapa negara pertumbuhan penduduknya masih tergolong tinggi. Akan tetapi secara keseluruhan persentase pertumbuhan penduduk telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

C.    PIRAMIDA PENDUDUK
Piramida penduduk adalah dua buah diagram batang, pada satu sisi menunjukkan jumlah penduduk laki-laki dan pada sisi lainnya menunjukkan jumlah penduduk perempuan dalam kelompok interval usia penduduk lima tahunan. Penduduk laki-laki biasanya digambarkan di sebelah kiri dan penduduk wanita di sebelah kanan. Grafik dapat menunjukkan jumlah penduduk atau prosentase jumlah penduduk terhadap jumlah penduduk total.
Dengan mengamati bentuk piramida penduduk (serta bentuk piramida penduduk dari waktu ke waktu), banyak informasi yang didapat mengenai struktur kependudukan sebuah wilayah.
Usia dan jenis kelamin penduduk dalam negara atau wilayah tertentu dapat digambarkan dengan suatu piramida penduduk. Grafik ini berbentuk segitiga, dimana jumlah penduduk padasumbu X, sedang kelompok usia (cohort) pada sumbu Y. Penduduk lak-laki ditunjukkan pada bagian kiri sumbu vertikal, sedang penduduk perempuan di bagian kanan.
Piramida penduduk menggambarkan perkembangan penduduk dalam kurun waktu tertentu. Negara atau daerah dengan angka kematian bayi yang rendah dan memiliki usia harapan hidup tinggi, bentuk piramida penduduknya hampir menyerupai kotak, karena mayoritas penduduknya hidup hingga usia tua. Sebaliknya yang memiliki angka kematian bayi tinggi dan usia harapan hidup rendah, piramida penduduknya berbentuk menyerupai genta (lebar di tengah), yang menggambarkan tingginya angka kematian bayi dan tingginya risiko kematian.
DISTRIBUSI SEGITIGA
Distribusi piramida penduduk yang berbentuk segitiga (dengan alas di bawah dan lancip di atas) dapat disebut distribusi eksponensial. Distribusi ini menunjukkan banyaknya penduduk anak-anak, namun kemiringan yang tajam juga menunjukkan banyaknya penduduk yang mati antara kelas interval usia. Piramida tersebut menunjukkan tingginya angka kelahiran, tingginya angka kematian, serta angka harapan hidup yang rendah. Piramida penduduk dengan distribusi seperti ini umumnya dijumpai di negara miskin karena kurangnya akses dan insentif untuk mengendalikan jumlah penduduk (keluarga berencana), faktor-faktor lingkungan yang rendah (seperti ketiadaan air bersih) serta sulitnya akses terhadap layanan kesehatan.
  • Opini         : Opini saya dari wacana di atas adalah seharusnya pemerintah mengatasi kepadatan penduduk di bekasi ini agar tidak tersebar luas serta menyediakan lahan dan lapangan pekerjaan yang layak untuk para pengangguran di bekasi serta pemerintah juga harus memperhatikan transportasi serta kenyamanan di transportasi agar tercipta kenyamanan..



 

BAB I ILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI SALAH SATU MATA KULIAH DASAR UMUM

BAB I
ILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI SALAH SATU MATA KULIAH DASAR UMUM



A.     STUDI KASUS

Tak Perlu Malu Hadapi Busung Lapar

Kasus busung lapar tiba-tiba menarik perhatiandan membuat kaget seluruh elemen masyarakat. Di tengah maraknya berbagai kasus korupsi, di mana pelakumnya hidup bermewah-mewah di luar batas kewajaran, ternyata masyarakat lainnya masih kesulitan memperoleh makanan bergizi karena tidak mampu membeli.
Munculnya kasus busung lapar di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memang mengejutkan, karena selama ini NTB dikenal sebagai lumbung beras nasional. Setelah kasus ini diangkat ke permukaan dan menjadi perhatian nasional, gubernur NTB kaget karena di daerahnya ditemukan kasus busung lapar.
Sebenarnya, kasus busung lapar biasa diatasi bila setiap daerah  tidak menganggap remeh persoalan kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan ekonomi saat ini lebih menitikberatkan terhadap pembangunan fisik semata, seperti pembangunan jalan tol dan pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dengan menggusur masyarakat miskin. Akibatnya, masyarakat miskin yang seharusnya mendapatkan perhatian pemerintah justru makin terpinggirkan. Rata-rata penghasilan orang tua yang anaknya menderita busung lapar masih dibawah standar. Penghasilan mereka sangat tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan gizi anak sehingga timbul busung lapar.
Saat  ini, selain di NTB kasus burung lapar juga ditemui di beberapa daerah lain, seperti NTT, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Ironis sekali memang, selain sebagai pusat perekonomian dan industri, di Jakarta juga masih banyak ditemui kasus busung lapar dan gizi buruk.
Sebaiknya pemerintah pusat dan daerah tidak perlu malu mengungkap kasus busung lapar. Fakta tidak perlu ditutup-tutupi. Dengan dibukanya kasus ini secara gamblang, pemerintah pusat justru memperoleh gambaran lebih lengkap sehingga bias mengambil kebijakan untuk mengatasinya .
Kasus busung lapar di berbagai daerah memberikan gambaran bahwa program-program yang menyangkut kesejahteraan rakyat di masa lalu yang pernah berjalan baik , ternyata saat ini tidak lagi dilakukan secara kontinu. Pemerintah pun menyadari sehingga program PKK, pekan imunisasi nasional, dan apotek hidup akan kembali diaktifkan. Dalam mengatasi busung lapar, keberadaan posyandu sangatlah penting untuk memantau kondisi balita setiap bulan.           
(Sumber: Kompas Cyber Media)
B.     PENGERTIAN ILMU SOSIAL DASAR

Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan dan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial seperti : sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi dan psikologi.


  • Opini   : Opini diatas dari wacana diatas adalah seharusnya pemerintah bertindak tegas dalam mengatasi busung lapar yang terjadi disetiap daerah supaya persoalan ini dapat terselesaikan dengan baik, selain itupemerintah juga jangan mementingkan sekali persoalan pembangunan pusat perbelanjaan seharusnya pemerintah prihatin atas persoalan busung lapar ini. Satu hal lagi program  yang dibuat pemerintah yang mengenai kesejahteraan masyarakat seharusnya berjalan dengan lancar jangan berhenti ditengah jalan supaya kasus busung lapar ini terus berlanjut